Rabu, 29 April 2009

Asma Zatillah Hitam Putih

















































Dulu, Sekarang Dan Akan Datang

Kiyai Muda Online: Dulu kita tidak tahu sedang ada di mana, karena dulunya kita belum pernah ada. Jasad kita ini dulunya mungkin masih menjadi tanah liat hitam legam atau masih berada di lumpur lapindo atau masih menjadi pasir, debu dan batu. Mungkin juga kita dulunya masih menjadi karang di lautan samudera luas, siapa yang tahu? Kamu dan aku sama bodohnya tentang masa lalu, tapi yang aku tahu jasad kita dulunya dari tanah, tidak ada diantara kita yang tahu dari tanah apa jasad kita dicipta, tiba-tiba kita sudah ada di perut ibu kita sebagai pabrik cetakan postur jasad kita, di dalamnya kita dibentuk oleh tangan-tangan gaib suruhan Allah selama kurang lebih 9 bulan 10 hari lamanya, gelap karena tiada cahaya di dalamnya, aku sebut tempat itu sebagai gua garba dan para kiyai tua menyebutnya rahim (salah satu nama Allah yang artinya penyayang). Dengan kasih sayang dari Allah, kita dibentuk sedemikian rupa, sehingga kita punya kepala dipenuhi dengan bibir belah samping nan amat ramping imut-imut tanpa gigi di dalamnya, ada pipi montok halus aduhai lembutnya, ada 2 mata lentik bagai 2 senter perlambang matahari dan rembulan menyinari semesta raya, ada hidung dengan 2 lubang menghadap ke bawah, ada daun telinga nan serasi lebarnya dengan kepala kita (kalau daun telinga kebesaran dari kepala kita, maka kita bisa di sebut sebagai manusia besar telinga bagai gajah di hutan belantara), lalu kita punya dada, punya perut, pinggang, tangan, kaki dan lainnya serba sempurna. Oh betapa indahnya. Setelah proses pencetakan berlangsung 4 bulan lamanya, kita didatangi oleh Zat Yang Maha Lembut dengan menitipkan ruhNya ke jasad kita, sehingga kita jadi hidup dan kita ditanyaNya: Apakah engkau mengakui Aku sebagai Tuhanmu? Sewaktu itu kita spontan menjawab seolah kita mengenalNya: Ya aku bersaksi. Yang bertanya itu adalah Allah SWT dan posisi kita di saat itu sebagai hambaNya yang amat suci, karena diwaktu itu kita belum berbuat dosa sehingga kita mampu menyaksikanNya dengan segenap jiwa raga kita tanpa ada tirai antara kita denganNya. Subhanallah di awal kehidupan kita telah bersua denganNya.

Setelah Allah titipkan ruhNya ke jasad kita, kita jadi hidup, berlahan kehidupan itu mengembangkan jasad kita semakin besar di dalam gua garba itu. Lalu setelah masa semedi ahwal kita di dalam gua garba sekitar 9 bulan 10 hari itu kita pun harus turun gunung lewat pintu gua yang telah Allah persiapkan, para satria piningitpun telah lepas dari pingitannya terlahir dengan penuh jeritan dan air mata, namun kita disambut dengan senyum tawa bercampur air mata dari orang-orang sekitar kita, semua yang menyaksikan kita saat itu bangga dengan kehadiran kita di tengah-tengah mereka.

Di kala itu kita menangis karena kita tidak lagi menyaksikanNya dengan mata kepala kita, kitapun seolah terpisah dariNya, seolah terpisah dari pelukanNya, seolah terpisah dari genggamanNya, jari jemari tangan kitapun menggenggam erat janji itu, namun perlahan genggaman itu kendur seiring kita sudah mulai melupakan pertemuan denganNya saat bertapa di gua garba disebabkan kita sudah mulai menyukai dunia seisinya, lalai dan terpedaya oleh pesona panorama semesta, namun jauh di lubuk hati kita masih amat merindukanNya dan bertekat ingin selalu bersua denganNya.

Kini kita sudah serba besar (besar hati, besar kepala, besar mata, besar telinga, besar mulut, besar tangan, besar kaki dan besar yang lainnya) bahkan sudah remaja dan dewasa seiring waktu yang menghantarkan kita hingga bisa sampai seperti sekarang ini, duhai tampannya, duhai cantiknya, kini semuanya serba berbeda. Jika dulu kita dimanja karena imutnya, kini tak perlu dimanja karena sudah bisa tegak mandiri di atas bumi ilahi, sudah bisa melakukan apa saja yang diingini untuk bertahan hidup di jagat Allah ni, sungguh luar biasa sekali kita saat ini, untunglah kita sekarang masih hidup, masih dapat menghirup udara segar yang Allah tebar di sekitar sembari bersiul diiring musik gitar penuh nada getar syahdu di qalbu.

Kini kita diberi pedoman hidup:
1. Pandangan Hidup (setiap dipandang, hidup).
2. Pegangan Hidup (setiap dipegang hidup).
3. Sandaran Hidup (setiap bersandar, hidup).
4. Perjalanan Hidup (setiap berjalan, hidup).
5. Ingatan Hidup (setiap teringat, hidup).
6. Tujuan Hidup (setiap menuju, hidup).
7. Pertemuan Hidup (setiap bertemu, hidup).

Kini setiap kita punya pandangan, ada yang berbeda dan ada yang sama. Namun bisakah pandangan kita menghidupkan diri kita? belum tentu. Terkadang kita tampak secara jasadi hidup, pada hal kita sudah lama mati, bagai mayat-mayat hidup memandang tak tentu arah, tidak terfokus, bagai memandang air di padang pasir tandus yang dipandang tak tembus (fatamorgana), bagai memandang bayang-bayang di kegelapan malam tanpa cahaya, ini melamun namanya. Bila hal ini terjadi berarti pandangan kita sudah mati, alias pandangan mati, setiap dipandang, mati.

Bagaimana agar pandangan kita bisa hidup? Setiap dipandang, hidup? Pandanglah diri kita, caba renungkan: Mungkinkah diri kita ada tanpa ada yang mencipta? Mungkinkah diri kita dicipta oleh yang tidak pernah ada? Mungkinkah keberadaan kita dicipta oleh yang telah tiada? Mungkinkah keberadaan kita dicipta oleh sesuatu yang hidup-hidup mati (redup) bagai bola lampu kurang arus? Mungkinkah kita dicipta oleh yang sama seperti kita? Mungkinkah kita adakan oleh sesuatu yang derajatnya lebih rendah dari kita? Jawabnya hanya satu: Tidak mungkin. Selanjutnya yakinkan diri anda bahwa anda dicipta oleh Zat Yang Maha Ada, keberadanNya Sangat Mulia, ZatNya tidak sama dengan kita, ZatNya kekal abadi tak pernah mati, tidak beku, tidak kaku, bukan gentayangan, satu tapi ada disetiap waktu, ada disetiap tempat dan selalu ada di manapun kita berada, keberadaannya tidak pernah jauh dari sisi kita, Dia itu adalah Allah Subhanahu Wa ta'ala. KeberadaanNya terpandang dan terlihat dalam Kitab suci Al-Qur'an dan diterangkan sejelas-jelasnya dalam kitab Al-Hadits. Lalu setelah kita fahami isinya, kitapun meandang segala sesuatu seolah memandangNya, karena Dia lah segalanya jadi ada, maka inilah yang disebut pandangan hidup, segala yang dipandang membuat hati dan fikiran kita jadi hidup terang benderang tanpa redup sepanjang ruhNya masih melekat di jasad ini.

Dari pandangan hidup, kita mampu memiliki pegangan hidup, setiap memegang apapun dapat membuat hati dan fikiran kita jadi hidup, karena di segala hal ada campur tanganNya, sehingga segala yang dipegang dapat membuat diri kita jadi hidup walau sedang kusut oleh problematika hidup yang nyaris membuat diri kita kecut. Setiap dipegang, hidup. Iman kita jadi hidup kepada Allah Zat Yang Maha Hidup, seolah sintuhanNya masih terasa betapa lembutNya, dengan sintuhanNya itu lah kita jadi mampu menyintuh dan setiap sintuhan kita membuat jiwa kita semakin hidup kepadaNya. Orang yang menyintuh tetapi sintuhannya tidak membuat jiwanya memandang pada Zat Yang Maha Hidup, berarti orang itu sudah mati, mungkin mati hati, mati fikiran atau mati suri.

Dari pegangan hidup, kita akan lebih yaqin jika punya sandaran hidup. Banyak orang punya sandaran, namun sandaran yang dimiliki rapuh karena terbuat dari kayu, sandarannya berkarat karena terbuat dari besi, sandarannya meleleh karena terbuat dari air, sandarannya panas karena terbuat dari api, sandarannya gembung kempes karena terbuat dari angin, sandarannya dingin beku karena terbuat dari es salju, sandarannya keras dan pecah karena terbuat dari batu, sandarannya meliuk liuk karena terbuat dari baja, seng atau almanium. Sandarannya berubah-ubah karena terbuat dari hantu gentayangan, sandarannya seperti dirinya karena terbuat dari manusia, semuanya rapuh, semuanya berjangka waktu, tiada yang abadi selain Allah. Setelah batin beralih sandaran hanya kepada Allah saja, barulah terasa betapa jiwa jadi hidup tak pernah redup, walau jasad telah menjadi tanah sekalipun, jiwa tidak pernah resah gentayangan, tetapi tenang tentram damai menatap masa depan.

Aduh mataku sudah mengantuk, waktu sudah malam, esok atau lusa kita sambung lagi ya? bay bay sobat muda !!!... www.kiyaimudaonline.blogspot.com

Muqaddimah